Iklan

KENIKMATAN SEKS BAGI PSK



Menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial) tentunya bukan pilihan yang bijak untuk dijalani.  DI Indonesia istilah PSK lebih banyak ditujukan pada penjaja seks wanita, yang sekalipun kita tahu bahwa sekarang, sudah banyak juga kaum pria yang menjalani Profesi itu.
istilah pekerja seks komersial karena mengandung sebuah konsekuensi yang berat dilihat dari kacamata ketenagakerjaan. Pasalnya, di satu sisi wanita yang berprofesi sebagai pelacur disebut “pekerja”, tetapi di sisi lain “pekerja” itu tidak pernah mendapat perlindungan, bahkan diobrak-abrik.

WTS adalah salah satu bentuk prilaku yang menyimpang dimasyarakat yaitu prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma, dan penyimpangan ini terjadi jika seseorang tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat. 

persoalan PSK juga belum dipandang secara komprehensif, menyeluruh, dan sistematik, terutama dalam penanganannya. Bahkan, sangat ironis dan dilematis, terutama antara persoalan yang ada dengan sistem penanganannya.
JIka mencermati keterkaitan antara PSK, ketenagakerjaan, gender, moralitas bangsa, dan hak asasi manusia dari sudut ketenagakerjaan, sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003. Pengertian pekerja atau buruh, yaitu setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Namun, bukan untuk orang-orang yang berprofesi sebagai pelacur atau wanita tuna susila. Kata “pekerja” sudah bisa dipastikan ada hubungannya dengan lapangan pekerjaan serta orang atau badan hukum yang mempekerjakan dengan standar upah yang dibayarkan. Kemudian, lapangan pekerjaan yang diperbolehkan harus memenuhi syarat-syarat kerja secara normatif yang diatur oleh peraturan perundang-undangan, termasuk sistem pengupahan dan keselamatan kesehatan kerja.
Selanjutnya, jenis pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan moralitas bangsa atau agama yang diakui pemerintah. “Seks, tidak termasuk kelompok suatu jenis jabatan maupun pekerjaan. Jadi, tidak tepat kalau istilah pekerja seks komersial itu ditujukan bagi para wanita tuna susila atau pelacur. Istilah PSK sepertinya merupakan sebuah pemolesan bahasa yang dapat berakibat kepada pembenaran terhadap perbuatan amoral tersebut.

Kita tinggalkan sejenak terkait segala macam pengertian, pandangan pun juga regulasi terkait PSK. cerita ini berawal dari penelitian untuk memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa tingkat akhir pada tahun 2010 silam.  Penelitian itu saya lakukan sendiri, dengan judul “ PERILAKU PEKERSA SEKS KOMERSIAL TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI LOKASI TEMPAT HIBURAN MALAM (THM) JALAN NUSANTARA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010 “ . Judul yang keren bukan? Hehe

Pemilihan judul ini berawal dari kegelisahan tentang maraknya kejadian penyakit Menular seksual (PMS) dengan indikasi adanya peningkatan kasus dibeberapa wilayah di Indonesia. Sebagai seorang calon Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) saya harus beranikan diri untuk memilih judul tersebut sebagai perjuangan terakhir sebelum menyandang status sarjana. Pemilihan judul ini mendapat tanggapan serius dari para pembimbing saat itu, salah satu hal yang ditakutkan adalah tentang peluang untuk bisa mendapatkan responden (PSK) yang bisa diwawancarai. Dengan keberanian penuh saya menyatakan bahwa saya menyanggupi hal tesebut.    

Dalam Penelitian ini informasi penting yang saya harus dapatkan adalah :

  • Siapa nama PSK, Umur dan asalnya dari mana.
  •  Bagaimana Latar belakang keluarga mereka. 
  • Apa motivasi menjadi PSK? 
  • Bagaimana pengetahuan mereka tentang Penyakit Menular Seksual ?
  • Apa sikap mereka terhadap Penyakit Menular Seksual ?
  • bagaimana Tindakan Mereka terhadap Penyakit menular Seksual ? 

    Itulah sederetan hal penting yang harus dapatkan selama peneltian ini, dan tentunya  kemudian diterjemahkan dalam beberapa pertanyaan.

Pada proses awal penelitian, saya pun segera mengunjungi beberapa instansi terkait agar dapat memiliki informasi awal terkait penelitian. Mulai dari Dinas kesehatan, Puskesmas dan juga Dinas sosial. Setelah data awal dirasa cukup saya pun memulai penelitian ini.
Sekedar informasi awal, khususnya bagi yang mau melakukan penelitian yang sama, bahwa melakukan penelitian di Tempat HIburan Malam dengan responden PSK dan Pelanggan, ternyata bukan hal yang mudah. Pastikan bahwa kamu punya finansial yang cukup. Mengapa ? Karena sebelum mendapat responden kamu harus memastikan bahwa kamu sudah familiar ditempat itu. Jika kamu masih baru pasti kamu belum bisa langsung bertanya. Nah, hal yang dilakukan sejak awal berkunjung adalah, kalian masuk ke bar, membeli bir dan mencoba ngobrol dengan para pelayan. 

Pengetahuan awal, dia yang melayani kamu dan menemani kamu saat minum bir, bisa saja hanya seorang waitress,atau juga bisa saja dia juga adalah seorang PSK. Nah, makin bingung kan??
sebelum saya lanjutkan, ternyata ada beberapa istilah untuk para PSK :
  1. Pelacur : Dia yang sengaja melacurkan diri, bisa didapatkan dipinggir jalan atau pun ditempat Lokalisasi dan lebih dikenal dengan penjaja seks.
  2. Wanita panggilan : Yang masuk dalam kategori wanita pangggilan adalah mereka yang hanya sesekali bekerja sebagai PSK dan biasanya dia mempunyai pekerjaan lain. Bisa saja dia adalah seorang karyawan, mahasiswa atau masih sekolah, yang pada intinya dia akan bekerja sebagai PSK jika dihubungi, dan disiapkan tempat oleh pelanggan. Pada kategori ini kadang kisa susah membedakannya.
Istilah yang sama pun berlaku untuk Tempat Hiburan Malam (THM). Istilah THM adalah istilah umum untuk tempat karoke, Pub, dan sederatan tempat hiburan malam lainnya. Tetapi biasanya semua tempat prostitusi berlabel Tempat HIburan Malam. Jadi sangat susah dibedakan.
Singkat cerita Saya pun berhasil mendapatkan beberapa responden, PSK dan Pelanggan. Saya pun mulai bertanya, tentang latar belakang keluarga dan motivasi mereka terjun kedunia Prostitusi tersebut.
Saya bisa simpulkan ada beberapa hal penting yang melatarbelakangi :

1.    Tekanan Ekonomi keluarga
Tidak semua PSK berstatus single, mereka bisa saja seorang janda yang mempunyai tanggungan biaya hidup dan sekolah anak.
2.    Patah hati Karena ditinggal
Konterks ditinggal disini, ada beberapa, Contoh seorang gadis berumur 22 tahun kita sebut saja mawar (22). Dia telah menjalin hubungan kurang lebih 2 tahun tetapi kemudian ditinggal pergi karena ternyata pacarnya tesebut telah beristri dan memiliki anak. Perasaan kecewa tersebut membuat mereka mengambil jalan pintas.
3.    Kurang perhatian dan kasih sayang keluarga
Dalam penelitian ini, saya mendapat responden seorang yang boleh dibilang secara ekonomi dia dari keluarga berada. Tetapi karena kesibukan orang tua dia tidak diperhatikan. Awalnya hanya coba-coba, hingga akhirnya dia ketagihan dan bahkan sekarang merasa aneh jika dalam sehari saja tidak berhubungan seks.


Tidak berhenti disitu, saya pun terus memburu mereka dengan pertanyaan lain. Apakah mereka tidak takut terkena Penyakit Menular Seksual(HIV/aids, sifilis, gonore,dll) ? Semua responden mengaku takut dengan hal itu.
Apakah  pelanggan mereka selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks? Ternyata jawabannya “ tidak selalu menggunakan Kondom “, ada pelanggan yang mengaku tidak puas jika menggunakan kondom. Sebagai seorang mahasiswa Kesehatan saya sangat Miris mendengar hal itu. Secara pengetahuan mereka tahu bahwa seks bebas berpotensi terkena PMS tetapi secara tindakan mereka tidak melakukan hal itu.

“Apakah setiap Berhubungan Seks, PSK selalu merasakan Kenikmatan “
Untuk menanyakan hal ini saya tentunya harus menggunakan banyak trik agar tidak terkesan menghakimi dan menimbulkan ketersinggungan.
Sekian banyak responden saya mengaku, bahwa dalam pekerjaan mereka sebagai PSK, orientasi utama mereka adalah ” Uang “. Kenikmatan seks mereka secara pribadi tidak menjadi prioritas utama dalam pekerjaan mereka sebagai PSK.  “ Prioritas kami adalah uang, ketika pelanggan kami Klimaks maka bisa dipastikan bahwa kami sudah melayani dia dengan baik”. 

Saya pun semakin mengejar mereka dengan pertanyaan pamungkas saya yang terakhir. Lalu, kapan kalian merasakan kenikmatan seks ? dan jawabanya adalah  
“ Kami merasakan kenikmatan seks, ketika itu dilakukan secara perlahan dan penuh perasaan. Kami lebih merasa nyaman dengan pelanggan yang memperlakukan kami dengan penuh kasih sayang, bukan dengan nafsu

Statement mereka yang terakhir ini membuat saya tersadar bahwa sejijik apapun profesi mereka disebagian besar orang, ternyata mereka ini pun tetap memiliki sisi sebagai manusia. Mereka tetap menginginkan kasih sayang. Hal lain bahwa, tidak semua PSK setegar gaya mereka ketika menggombal mangsanya. Dalam penelitian ini saya mewawancarai 60 orang PSK, dan yang menangis ketika diwawancarai kurang lebih 26 orang.
Tulisan ini tidak bermaksud mendukung keberadaan PSK, tetapi sebagai peringatan bagi kita untuk tidak melakukan seks bebas. Keberadaaan PSK tidak akan pernah teratasi jika pelanggan tidak membutuhkan mereka. Mari kita saling menjaga dan menahan diri agar tidak gampang terjerumus.      

Rujukan : 


Gerhardus Gunawan, 2010.Perilaku Pekersa Seks Komersial Terhadap Penyakit

Menular Seksual Di Lokasi Tempat Hiburan Malam (THM) Jalan Nusantara

Kota Makassar Tahun 2010.Makassar : STIK Makassar
 

2 Responses to "KENIKMATAN SEKS BAGI PSK"

  1. Bagus gan penelitiannya, mmng iya psk sekarang susah dicegah utk dihindari tapi itu semua kmbali pada diri masing" kita yang mengarahkannya...salam mahasiswa fakultashukum KALTIM

    BalasHapus
  2. Thanks bro. Seperti itulah kenyataannya skrg. Masih ada beberapa fakta tentang dunia prostitusi yg blom sy share. Next time sy share lagi.
    Sukses ya KALTIM

    BalasHapus