KENIKMATAN SEKS BAGI PSK
—
Jumat, 20 Oktober 2017
—
2 Comments
—
inspirasi
Menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial) tentunya bukan pilihan
yang bijak untuk dijalani. DI Indonesia
istilah PSK lebih banyak ditujukan pada penjaja seks wanita, yang sekalipun
kita tahu bahwa sekarang, sudah banyak juga kaum pria yang menjalani Profesi
itu.
istilah
pekerja seks komersial karena mengandung sebuah konsekuensi yang berat dilihat
dari kacamata ketenagakerjaan. Pasalnya, di satu sisi wanita yang berprofesi
sebagai pelacur disebut “pekerja”, tetapi di sisi lain “pekerja” itu tidak
pernah mendapat perlindungan, bahkan diobrak-abrik.
WTS adalah salah satu bentuk prilaku
yang menyimpang dimasyarakat yaitu prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan
diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam
masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma, dan
penyimpangan ini terjadi jika seseorang tidak mematuhi patokan baku dalam
masyarakat.
persoalan
PSK juga belum dipandang secara komprehensif, menyeluruh, dan sistematik,
terutama dalam penanganannya. Bahkan, sangat ironis dan dilematis, terutama
antara persoalan yang ada dengan sistem penanganannya.
JIka
mencermati keterkaitan antara PSK, ketenagakerjaan, gender, moralitas bangsa,
dan hak asasi manusia dari sudut ketenagakerjaan, sesuai dengan UU No.13 Tahun
2003. Pengertian pekerja atau buruh, yaitu setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Namun, bukan untuk orang-orang
yang berprofesi sebagai pelacur atau wanita tuna susila. Kata “pekerja” sudah
bisa dipastikan ada hubungannya dengan lapangan pekerjaan serta orang atau
badan hukum yang mempekerjakan dengan standar upah yang dibayarkan. Kemudian,
lapangan pekerjaan yang diperbolehkan harus memenuhi syarat-syarat kerja secara
normatif yang diatur oleh peraturan perundang-undangan, termasuk sistem
pengupahan dan keselamatan kesehatan kerja.
Selanjutnya,
jenis pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan moralitas bangsa atau agama
yang diakui pemerintah. “Seks, tidak termasuk kelompok suatu jenis jabatan
maupun pekerjaan. Jadi, tidak tepat kalau istilah pekerja seks komersial itu
ditujukan bagi para wanita tuna susila atau pelacur. Istilah PSK sepertinya
merupakan sebuah pemolesan bahasa yang dapat berakibat kepada pembenaran
terhadap perbuatan amoral tersebut.
Kita tinggalkan sejenak terkait segala macam
pengertian, pandangan pun juga regulasi terkait PSK. cerita ini berawal dari
penelitian untuk memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa tingkat akhir pada
tahun 2010 silam. Penelitian itu saya
lakukan sendiri, dengan judul “ PERILAKU
PEKERSA SEKS KOMERSIAL TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI LOKASI TEMPAT
HIBURAN MALAM (THM) JALAN NUSANTARA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010 “ . Judul yang
keren bukan? Hehe
Pemilihan judul ini berawal dari kegelisahan tentang maraknya
kejadian penyakit Menular seksual (PMS) dengan indikasi adanya peningkatan
kasus dibeberapa wilayah di Indonesia. Sebagai seorang calon Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) saya harus beranikan diri untuk memilih judul tersebut sebagai
perjuangan terakhir sebelum menyandang status sarjana. Pemilihan judul ini
mendapat tanggapan serius dari para pembimbing saat itu, salah satu hal yang
ditakutkan adalah tentang peluang untuk bisa mendapatkan responden (PSK) yang
bisa diwawancarai. Dengan keberanian penuh saya menyatakan bahwa saya
menyanggupi hal tesebut.
Dalam Penelitian ini informasi penting yang saya harus
dapatkan adalah :
- Siapa nama PSK, Umur dan asalnya dari mana.
- Bagaimana Latar belakang keluarga mereka.
- Apa motivasi menjadi PSK?
- Bagaimana pengetahuan mereka tentang Penyakit Menular Seksual ?
- Apa sikap mereka terhadap Penyakit Menular Seksual ?
- bagaimana Tindakan Mereka terhadap Penyakit menular Seksual ?
Itulah sederetan hal penting yang harus dapatkan selama peneltian ini,
dan tentunya kemudian diterjemahkan
dalam beberapa pertanyaan.
Pada proses awal penelitian, saya pun segera mengunjungi beberapa instansi terkait agar dapat memiliki informasi awal terkait penelitian. Mulai dari Dinas kesehatan, Puskesmas dan juga Dinas sosial. Setelah data awal dirasa cukup saya pun memulai penelitian ini.
Sekedar informasi awal, khususnya bagi yang mau
melakukan penelitian yang sama, bahwa melakukan penelitian di Tempat HIburan Malam
dengan responden PSK dan Pelanggan, ternyata bukan hal yang mudah. Pastikan
bahwa kamu punya finansial yang cukup. Mengapa ? Karena sebelum mendapat
responden kamu harus memastikan bahwa kamu sudah familiar ditempat itu. Jika
kamu masih baru pasti kamu belum bisa langsung bertanya. Nah, hal yang dilakukan
sejak awal berkunjung adalah, kalian masuk ke bar, membeli bir dan mencoba
ngobrol dengan para pelayan.
Pengetahuan awal, dia yang melayani kamu dan menemani
kamu saat minum bir, bisa saja hanya seorang waitress,atau juga bisa saja dia juga adalah seorang PSK. Nah,
makin bingung kan??
sebelum saya lanjutkan, ternyata ada beberapa istilah
untuk para PSK :
- Pelacur : Dia yang sengaja melacurkan diri, bisa didapatkan dipinggir jalan atau pun ditempat Lokalisasi dan lebih dikenal dengan penjaja seks.
- Wanita panggilan : Yang masuk dalam kategori wanita pangggilan adalah mereka yang hanya sesekali bekerja sebagai PSK dan biasanya dia mempunyai pekerjaan lain. Bisa saja dia adalah seorang karyawan, mahasiswa atau masih sekolah, yang pada intinya dia akan bekerja sebagai PSK jika dihubungi, dan disiapkan tempat oleh pelanggan. Pada kategori ini kadang kisa susah membedakannya.
Istilah yang sama pun berlaku untuk Tempat Hiburan
Malam (THM). Istilah THM adalah istilah umum untuk tempat karoke, Pub, dan
sederatan tempat hiburan malam lainnya. Tetapi biasanya semua tempat prostitusi
berlabel Tempat HIburan Malam. Jadi sangat susah dibedakan.
Singkat cerita Saya pun berhasil mendapatkan beberapa
responden, PSK dan Pelanggan. Saya pun mulai bertanya, tentang latar belakang
keluarga dan motivasi mereka terjun kedunia Prostitusi tersebut.
Saya bisa simpulkan ada beberapa hal penting yang
melatarbelakangi :
1. Tekanan Ekonomi keluarga
Tidak semua PSK berstatus single, mereka bisa saja seorang janda yang
mempunyai tanggungan biaya hidup dan sekolah anak.
2. Patah hati Karena ditinggal
Konterks ditinggal disini, ada beberapa, Contoh seorang gadis berumur 22
tahun kita sebut saja mawar (22). Dia telah menjalin hubungan kurang lebih 2
tahun tetapi kemudian ditinggal pergi karena ternyata pacarnya tesebut telah
beristri dan memiliki anak. Perasaan kecewa tersebut membuat mereka mengambil
jalan pintas.
3. Kurang perhatian dan kasih sayang keluarga
Dalam
penelitian ini, saya mendapat responden seorang yang boleh dibilang secara
ekonomi dia dari keluarga berada. Tetapi karena kesibukan orang tua dia tidak
diperhatikan. Awalnya hanya coba-coba, hingga akhirnya dia ketagihan dan bahkan
sekarang merasa aneh jika dalam sehari saja tidak berhubungan seks.
Tidak berhenti disitu, saya pun terus memburu mereka
dengan pertanyaan lain. Apakah mereka tidak takut terkena Penyakit Menular
Seksual(HIV/aids, sifilis, gonore,dll) ? Semua responden mengaku takut dengan
hal itu.
Apakah pelanggan
mereka selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks? Ternyata jawabannya “
tidak selalu menggunakan Kondom “, ada pelanggan yang mengaku tidak puas jika
menggunakan kondom. Sebagai seorang mahasiswa Kesehatan saya sangat Miris mendengar
hal itu. Secara pengetahuan mereka tahu bahwa seks bebas berpotensi terkena PMS
tetapi secara tindakan mereka tidak melakukan hal itu.
“Apakah
setiap Berhubungan Seks, PSK selalu merasakan Kenikmatan “
Untuk menanyakan hal ini saya tentunya harus
menggunakan banyak trik agar tidak terkesan menghakimi dan menimbulkan ketersinggungan.
Sekian banyak responden saya mengaku, bahwa dalam pekerjaan
mereka sebagai PSK, orientasi utama mereka adalah ” Uang “. Kenikmatan seks mereka secara pribadi tidak menjadi prioritas utama
dalam pekerjaan mereka sebagai PSK. “ Prioritas kami adalah uang, ketika pelanggan
kami Klimaks maka bisa dipastikan bahwa kami sudah melayani dia dengan baik”.
Saya pun semakin mengejar mereka dengan pertanyaan
pamungkas saya yang terakhir. Lalu, kapan kalian merasakan kenikmatan seks ?
dan jawabanya adalah
“
Kami merasakan kenikmatan seks, ketika itu dilakukan secara perlahan dan penuh
perasaan. Kami lebih merasa nyaman dengan pelanggan yang memperlakukan kami
dengan penuh kasih sayang, bukan dengan nafsu “
Statement mereka yang terakhir ini membuat saya
tersadar bahwa sejijik apapun profesi mereka disebagian besar orang, ternyata
mereka ini pun tetap memiliki sisi sebagai manusia. Mereka tetap menginginkan
kasih sayang. Hal lain bahwa, tidak semua PSK setegar gaya mereka ketika
menggombal mangsanya. Dalam penelitian ini saya mewawancarai 60 orang PSK, dan
yang menangis ketika diwawancarai kurang lebih 26 orang.
Tulisan ini tidak bermaksud mendukung keberadaan PSK,
tetapi sebagai peringatan bagi kita untuk tidak melakukan seks bebas.
Keberadaaan PSK tidak akan pernah teratasi jika pelanggan tidak membutuhkan
mereka. Mari kita saling menjaga dan menahan diri agar tidak gampang terjerumus.
Rujukan :
Rujukan :
Gerhardus Gunawan, 2010.Perilaku
Pekersa Seks Komersial Terhadap Penyakit
Menular Seksual Di Lokasi Tempat
Hiburan Malam (THM) Jalan Nusantara
Kota Makassar Tahun 2010.Makassar : STIK Makassar
Bagus gan penelitiannya, mmng iya psk sekarang susah dicegah utk dihindari tapi itu semua kmbali pada diri masing" kita yang mengarahkannya...salam mahasiswa fakultashukum KALTIM
BalasHapusThanks bro. Seperti itulah kenyataannya skrg. Masih ada beberapa fakta tentang dunia prostitusi yg blom sy share. Next time sy share lagi.
BalasHapusSukses ya KALTIM